RETRET KELAS V SD ASISI
Perjalanan hidup manusia merupakan sebuah peziarahan, bila dilihat dari sudut iman kristiani. Perjalanan manusia yang dilaksanakan sebagai sebuah rutinitas memerlukan sebuah etape atau stasi untuk berhenti dari aktivitas semula. Ibarat mengadakan seminar kita perlu break time. Atau dalam berdiskusi kita memerlukan adanya termin, jeda waktu untuk menghela nafas sejenak, istirahat dari kejenuhan aau rasa capai yang mendera. Sebagaimana halnya agenda tahunan Sekolah Dasar Asisi, maka bulan April 2009 ini secara berturut-turut selama 3 minggu aku relay-tour untuk tugas sekolah. 2 kali minggu untuk sekolah 1 minggu untuk keluarga.
Tanggal 18 sampai 20 April 2009 aku bersama Pak Gito dan Bu Tini mendampingi anak untuk menjalani retret selama 3 hari di Wisma Retret Canossa Bintaro. Pengalaman baru bagiku. Pendampingan anak-anak sebanyak 37 anak tidaklah sesederhana kalau kita pernah hidup di asrama yang nota bene seminari. Anaka-anak ini belum tahu artinya tertib, hening atau disiplin, artinya menempatkan waktu sesuai dengan porsinya.
Perjalanan dari SD Asisi lancar sampai di Canossa, dengan diantar oleh sopir yang menyetir sebuah bus. Perjalanan dari Tebet langsung masuk Tol Tebet, melalui Pancoran. Sampai Cawang bus langsung masuk jalur tol Jagorawi, dengan mengambil jalur tol TB Simatupang. Sesampai di gerbang tol Pondok Aren bus keluar tol. Rupanya sang sopir sudah hafal dengan rute tersebut.
Kami serombongan diterima oleh suster pengelola rumah retret. Selanjutnya pembagian kamar yang sudah dibagi pihak rumah retret. Perjalanan sedemikian lancar. Banyak permainan yang diberikan, banyak pengetahuan untuk melatih kerja sama di antara para siswa SD, khususnya waktu outbond.
Hari kedua, hari Minggu diawali dengan kegiatan ke gereja St. Matius Bintaro sampai jam 08.00 aktivitas dimulai lagi. Hari ini fokusnya adalah out bond. Ada beberapa tipe untuk melatih kekompakan anak, misalnya:
1). Anak-anak dilatih untuk bekerjasama dalam memindahkan bola dengan menggunakan 4 benang, dimana masing-masing anak memegang ujung benang. Setelah benang berhasil menjepit bola itu, anak secara bersamaan harus menggeser bola danmemasukkannya di tempat yang telah disediakan.
2) Anak diminta untuk membuat jembatan bambu. Secara berpasangan anak memegang bambu yang kemudian salah seorang anak berusaha melewatinya. Bambu yang paling belakang, yang telah dilewati lalu berpindah ke depan. Dan demikian seterusnya sampai anak yang melalui bambu itu sampai di tujuannya.
3. Masing-masing anak memegang bambu kecil yang telah disediakan, berukuran panjang 30 cm. Tugas kelompok adalah menggeser ember berisi air di atas papan bambu yang melintang setinggi 2 meter. Bambu yang dipakai harus menyangga sayap ember. Jika salah satu bambu terlalu kuat menyangga maka ember akan miring, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa air di dalam ember akan mengguyur anak sampai basah kuyup. Perlu kejelian. Sesampai ember di ujung lintasan, ember harus digeser ke tempat semua dengan cara yang sama. Perlu waktu yang cepat atau cekatan dan ketelitian.
4). Sekolompok anak diikat dengan kain. Disediakan 15 bola plastik di ujung lapangan. antara start dan finish berjarak kira-kira 10 meter. Cara pengambilan bola harus jongkok. Setelah seorang anak mengambil bola plastik, lalu bola itu diberikan kepada teman yang ada di belakangnya. Perjalanan anak yang diikat menjadi satu itu harus kompak, kalau tidak kompak ada kemungkinan kelompok itu akan jatuh, dan jatuh semuanya. Perlu kekompakan.
Pertobatan
Malam Senin, malam tanggal 20 April sebagai ibadat penutup diadakan ibadat pertobatan. Dalam hal ini anak-anak diajak untuk mengenang kembali bagaimana perjalanan hidupnya selama ini. Bagaimana ia bersikap di dalam keluarga: dengan adik, kakak, mama, papa, kakek, nenek, dengan satpam pribadinya, atau bahkan dengan pembantu sekalipun. Dengan bahasa pengantar dan musik yang menyentuh kalbu, anak digiring kepada situasi yang membuat hati dan diri anak menjadi kecil di hadapan Tuhan. Tisue disiapkan....
Pertobatan walaupun sekejap, namun membuat anak untuk sadar. Sadar akan dirinya dan lingkungan di sekitarnya. Sadar bahwa ia memelrukan orang lain, yang pernah ia sakiti atau ia benci. Dengan pertobatan ini, anak akan mengalami bahwa ia merasa dicintai oleh teman-temannya, guru, orang tuanya masing-masing.
Hari Senin, anak-anak mulai beraktivitas dengan membuat surat pribadinya yang ditujukan kepada orang tua masing-masing. Surat... merupakan sarana komunikasi yang dulu pernah berjaya, namun keberadaannya sekarangmulai tergeser dengan canggihnya alat elektronik, misalnya karena ada telepon genggam, email, faceboook, blogg, atau messenger atau catthing.
Pengalaman hidup selama retret mengarahakan anak agar ikut berbela rasa dengan sesama yang kekurangan. Anak dilatih untuk bertanggung jawab dalam hal : Makan, makanan harus dihabiskan. Saat makan tidak boleh sambil berbicara. Menghormati makanan apapun itu.
Semoga dengan penyadaran sesaat ini membuat pengalaman anak bertambah, untuk ikut berbela rasa dengan teman-teman yang berkekurangan.
Rabu, 06 Mei 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar