DEPAG membidani pertemuan guru PAK DKI
Tanggal 2 sampai 4 Mei 2009 ada sekitar 35 guru agama Katolik di sekitar DKI mengadakan pertemuan di WIsma Kinasih - Remboken Cimanggis Depok - Bogor.
Pertemuan dengan tema Pembinaan Guru-Guru Agama Katolik itu diprakarsai oleh Departemen Agama DKI, yang berperan sebagai pengundang adalah Bapak Drs. AH. Yuniadi, MM.
Hari Pertama, 2 Mei 2009
Bertepatan dengan UAS kursus bahasa Inggris, tanggal 2 Mei 2009 aku harus mengikuti pertemuan guru-guru Agama Katolik se-DKI Jakarta. Aku berangkat pukul 11.00 dengan perjalanan lancar, sedikit pelan karena sambil mencari lokasi pertemuan, akhirnya aku sampai di Wisma Remboken jam 13.00. Baru 2 orang yang datang. Aku beristirahat, sambil menunggu teman yang lain. Di situlah aku bertemu dengan kakak tingkat dulu waktu aku kuliah di Fakultas Filsafat UNIKA St. Thomas Sumatera Utara, Victor Halomoan Habeahan. Nampak cekung wajahnya, menampakkan keaslian orang Batak.
Kegiatan hari pertama dimulai jam 16.30 dengan pembukaan resmi oleh Pak Yuni, dengan berseragam batik asli kahs Indonesia. Kami sempat photo bersama. Acara setelah makan malam adalah sajian dari sekjen Kanwil Depag DKI, Bapak Antonius.
Malam itu sekaligus dibentuk 4 kelompok untuk kelancaran tugas doa dan diskusi. Acara malam ditutup dengan doa oleh kelompok I.
Hari Kedua, 3 Mei 2009
Minggu pagi ini kami bangun jam 06.00. Setelah doa dan sarapan pagi, acara diisi oleh Pak Yuni dengan isi Sosialisasi Sertifikasi Guru Agama. Banyak hal yang kami dapatkan berkaitan dengan sertifikasi ini. Acara selesai sampai siang dan diakhiri dengan makan siang bersama.
Acara sore mulai pukul 16.30 dengan diskusi kelompok, dengan menjawab tiga pertanyaan: 1. tentang kendala-kendala yang dialami sebagai guru agama, 2. tentang kemudahan yang didapat sebagai guru agama, dan 3. tentang saran, usul, masukan bagi DEPAG.
Acara selanjutnya adalah misa dipimpin oleh Rm. Hardijantan Dermawan dari KAJ dilanjutkan dengan makan bersama. Setelah makan bersama kegiatan diisi oleh penyajian Rm. HArdi berkaitan Kebijakan Pastoral KAJ terhadap Guru Agama Katolik.
Acara malam itu ditutup dengan doa.
Hari ketiga, 4 Mei 2009
Minggu pagi ini kami bangun jam 06.30. Setelah doa dan sarapan pagi, acara diisi oleh Rm. Driyanto dari KeBo (Keuskupan Bogor) mantan dosen saya dulu di Seminari Menengah Stella Maris - Bogor. Penyajian perkenalan dari Rm. Dri menarik sehingga waktu yang ditetapkan dimakan lumat lebih 30 menit, sehingga acara snack molor. Acara dilanjutkan dengan isi tetang Panggilan Sebagai Guru Agama Katolik. Guru Agama Katolik menurut Romo Dri merupakan ujung tombak pewartaan terhadap umat. Mengapa ujung tombak? Karena guru agama tinggal di tengah masyarakat yang majemuk dan hiterogen, namun tetap dapat memfusi dan masuk pelan-pelan sambil mewartakan Injil melalui kehidupan sehari-hari. Sedangkan kaum klerus dan orang yang mengabdikan diri pada Gereja (Lembaga Hidup Bakti = para suster/bruder) tidak dengan mudah bisa mewartakan imannya di tengah masyarakat hiterogen. Rm. Dri memberikan contoh sebuah kasus : ada seorang suster dengan berpakaian jubah mendirikan tempat kursus (menjahit dan memasak) di sebuah desa di Bogor. Banyak orang yang datang, karena memang berminat. Namun, lama-kelamaan karena masyarakat sekitar tahu bahwa suster itu seorang kristen, suster itu diusir dan tidak boleh tinggal di desa itu dengan dalih pengkristenan.
Hal yang menarik. Kaum awam, guru agama tetap tinggal di tengah masyarakat, namun tetap memberi kesaksian hidup kristiani. Lalu, yang menjadi "pastor" sebenarnya ini apakah pastor yang tinggal di pastoran atau awan sebagai guru agama Katolik?
Refleksi hidup untuk kita:
Mantapkanlah hidupmu sebagau Guru Agama Katolik. Yakinlah bahwa yang Anda buat itu suatu yang baru dan inovatif. Mantap dan banggalah sebagai guru agama Katolik, karena tidak semua umat awam Katolik tidak bisa untuk itu.
Acara ditutup dengan perayaan ekaristi. Dan terakhir adalah makan siang.
Pertemuan berlangsung lancar dan pulang jam 14.00 hari Senin tanggal 4 Mei 2009.
Rabu, 06 Mei 2009
PERNIKAHAN 25 APRIL 2009
Pernikahan adikku, Rini
Setiap orang sejak lahir telah memiliki hak. Hak itu biasanya lebih dikenal dengan istilah Hak Asasi Manusia. Hak asasi itu tak seorangpun berhak mengambil, apalagi merampasnya. Hak itu misalnya : hak untuk hidup (sehingga tak seorang pun boleh menggugurkan kandungan/aborsi), hak mendapatkan pekerjaan yang layak, hak untuk mendapat perlindungan hukum, hak mendapat pendidikan, hak akan kasih sayang dari orang tua, dan lebih-lebih hak untuk menikah dan hak untuk tidak menikah (selibat), sehingga tak seorang pun berhak untuk memaksa seseorang untuk menikah atau tidak menikah.
Adikku akan menikah tanggal 25 April 2009. Hari Selasa sebelumnya aku dan istriku sore-sore dengan diiringi hujan yang lebat berangkat dari rumah dengan tujuan Bekasi Timur, pol bus Rosalia Indah. Namun, apa yang terjadi dan sangat disayangkan loket bus sudah tutup. Akhirnya kami ke pol bus Maju LaAncar, di depan BTC BeEkasi Timur. Langsung saja aku pesan satu tiket untuk pulang ke Wonosari, dengan harga 1 tiket AC PATAS Rp 115.000,00.
Tibalah hari Jum'at, tanggal 24 April 2009. Aku meliburkan diri dari tugas sekolah. Dari pagi kupersiapkan. Siangnya dengan diantar temanku Willy aku pergi ke pol bus Maju Lancar. Bus datang jam 14.30, bukan patas tetapi AC Eksekutif. Oleh sopirnya aku dirayu nih... agar aku ikut busnya, lalu kutanya nomor berapa? Aku diberi nomor 10, dibagian kiri. Oke lah. Dengan syarat menambah Rp 10.000,00. Kami sepakat. Sebelum naik aku mengecek karcis. Jam 16.00 bus baru berangkat. Lewat tol Timur masuk tol Cikampek, ikut jalan Pantura dan sampai kira-kira jam 19.00 sampai di rumah makan.
Istirahat pertama bus di Pamanukan. Aku makan nasi rames, karena hanya berbekal air minum, biskuit, dan beberapa butir buah salak. Istirahat kedua di rumah makan Jakarta - Karanganyar - Kebumen, jam 00.30. Bekal inipun awet sampai di Gading Wonosari.
Pagi itu aku sampai di Gading jam 05.00. Dengan mengojek salah seorang teman yang kukenal, akhirnya sampailah aku di rumah. Di rumah sudah banyak orang, dan sudah pada bangun, karena bersiap-siap untuk perayaan ekaristi. Untuk pertama kalinya aku berjumpa dengan Pak Lik Musdi. Berjumpa pula dengan keluarga besar Charli dari Tanjung Priok - Jakarta.
Pagi pukul 08.00 aku telepon nduk Prima di Lampung. Ibu pun sempat erbincang dengan bapak di Lampung. Kami semua bersiap-siap untuk berangkat ke gereja St. Yusup Bandung dengan menggunakan tiga mobil. Perjalanan lancar, sampai di gereja. Lalu tidak lama kemudian misa dimulai dengan dipimpin oleh Rm. Yuni.
Perjalanan dari gereja pun lancar dan sampai di rumah sudah hadir bebrapa tamu yang akan menyambut pengantin. Rini dan Charli sudah resmi menjadi suami istri dan keluarga yang baru.
Aku mesti menginap satu malam di rumah Wonosari. Hari minggu aku siap-siap dengan Agung dan Ning untuk kembali ke Bekasi, dengan membeli tiket bus Rosalia Indah @ Rp 135.000,00. Singkat kata kami sudah menunggu bus di Gading. Perjalanan melalui ring road selatan, terminal bus Giwangan - Jogja, ring road barat, bahkan sampai di terminal Jombor, lalu tembus di termial Purworejo. Bus istirahat di rumah maka Lestari Karang anyar - Kebumen. Mendapat makan gratis alias dibelikan oleh pihak bus dengan uang sendiri dari penumpang.
Sampai di jalan Pantura lalu lintas padat, macet disebabkan oleh jalan yang sedang diperbaiki. Sampai di pol bus di Bekasi Timur pukul 04.30, langsung saja aku panggil seorang ojek untuk mengantar aku pulang. Sepakat dengan harga Rp 25.000. Namun perjalanan ojek kira-kira hanya 10 menit aku diantar sampai di rumah. Akhirnya tukang ojek kukasih Rp 30.000,00. Langsung saja kau bongkar-bongkar tas, lalu mandi tanpa saraan segera berangkat ke sekolah dengan istriku.
Perjalanan hidup manusia merupakan sebuah peziarahan.
Setiap orang sejak lahir telah memiliki hak. Hak itu biasanya lebih dikenal dengan istilah Hak Asasi Manusia. Hak asasi itu tak seorangpun berhak mengambil, apalagi merampasnya. Hak itu misalnya : hak untuk hidup (sehingga tak seorang pun boleh menggugurkan kandungan/aborsi), hak mendapatkan pekerjaan yang layak, hak untuk mendapat perlindungan hukum, hak mendapat pendidikan, hak akan kasih sayang dari orang tua, dan lebih-lebih hak untuk menikah dan hak untuk tidak menikah (selibat), sehingga tak seorang pun berhak untuk memaksa seseorang untuk menikah atau tidak menikah.
Adikku akan menikah tanggal 25 April 2009. Hari Selasa sebelumnya aku dan istriku sore-sore dengan diiringi hujan yang lebat berangkat dari rumah dengan tujuan Bekasi Timur, pol bus Rosalia Indah. Namun, apa yang terjadi dan sangat disayangkan loket bus sudah tutup. Akhirnya kami ke pol bus Maju LaAncar, di depan BTC BeEkasi Timur. Langsung saja aku pesan satu tiket untuk pulang ke Wonosari, dengan harga 1 tiket AC PATAS Rp 115.000,00.
Tibalah hari Jum'at, tanggal 24 April 2009. Aku meliburkan diri dari tugas sekolah. Dari pagi kupersiapkan. Siangnya dengan diantar temanku Willy aku pergi ke pol bus Maju Lancar. Bus datang jam 14.30, bukan patas tetapi AC Eksekutif. Oleh sopirnya aku dirayu nih... agar aku ikut busnya, lalu kutanya nomor berapa? Aku diberi nomor 10, dibagian kiri. Oke lah. Dengan syarat menambah Rp 10.000,00. Kami sepakat. Sebelum naik aku mengecek karcis. Jam 16.00 bus baru berangkat. Lewat tol Timur masuk tol Cikampek, ikut jalan Pantura dan sampai kira-kira jam 19.00 sampai di rumah makan.
Istirahat pertama bus di Pamanukan. Aku makan nasi rames, karena hanya berbekal air minum, biskuit, dan beberapa butir buah salak. Istirahat kedua di rumah makan Jakarta - Karanganyar - Kebumen, jam 00.30. Bekal inipun awet sampai di Gading Wonosari.
Pagi itu aku sampai di Gading jam 05.00. Dengan mengojek salah seorang teman yang kukenal, akhirnya sampailah aku di rumah. Di rumah sudah banyak orang, dan sudah pada bangun, karena bersiap-siap untuk perayaan ekaristi. Untuk pertama kalinya aku berjumpa dengan Pak Lik Musdi. Berjumpa pula dengan keluarga besar Charli dari Tanjung Priok - Jakarta.
Pagi pukul 08.00 aku telepon nduk Prima di Lampung. Ibu pun sempat erbincang dengan bapak di Lampung. Kami semua bersiap-siap untuk berangkat ke gereja St. Yusup Bandung dengan menggunakan tiga mobil. Perjalanan lancar, sampai di gereja. Lalu tidak lama kemudian misa dimulai dengan dipimpin oleh Rm. Yuni.
Perjalanan dari gereja pun lancar dan sampai di rumah sudah hadir bebrapa tamu yang akan menyambut pengantin. Rini dan Charli sudah resmi menjadi suami istri dan keluarga yang baru.
Aku mesti menginap satu malam di rumah Wonosari. Hari minggu aku siap-siap dengan Agung dan Ning untuk kembali ke Bekasi, dengan membeli tiket bus Rosalia Indah @ Rp 135.000,00. Singkat kata kami sudah menunggu bus di Gading. Perjalanan melalui ring road selatan, terminal bus Giwangan - Jogja, ring road barat, bahkan sampai di terminal Jombor, lalu tembus di termial Purworejo. Bus istirahat di rumah maka Lestari Karang anyar - Kebumen. Mendapat makan gratis alias dibelikan oleh pihak bus dengan uang sendiri dari penumpang.
Sampai di jalan Pantura lalu lintas padat, macet disebabkan oleh jalan yang sedang diperbaiki. Sampai di pol bus di Bekasi Timur pukul 04.30, langsung saja aku panggil seorang ojek untuk mengantar aku pulang. Sepakat dengan harga Rp 25.000. Namun perjalanan ojek kira-kira hanya 10 menit aku diantar sampai di rumah. Akhirnya tukang ojek kukasih Rp 30.000,00. Langsung saja kau bongkar-bongkar tas, lalu mandi tanpa saraan segera berangkat ke sekolah dengan istriku.
Perjalanan hidup manusia merupakan sebuah peziarahan.
RETRET KELAS V SD ASISI
RETRET KELAS V SD ASISI
Perjalanan hidup manusia merupakan sebuah peziarahan, bila dilihat dari sudut iman kristiani. Perjalanan manusia yang dilaksanakan sebagai sebuah rutinitas memerlukan sebuah etape atau stasi untuk berhenti dari aktivitas semula. Ibarat mengadakan seminar kita perlu break time. Atau dalam berdiskusi kita memerlukan adanya termin, jeda waktu untuk menghela nafas sejenak, istirahat dari kejenuhan aau rasa capai yang mendera. Sebagaimana halnya agenda tahunan Sekolah Dasar Asisi, maka bulan April 2009 ini secara berturut-turut selama 3 minggu aku relay-tour untuk tugas sekolah. 2 kali minggu untuk sekolah 1 minggu untuk keluarga.
Tanggal 18 sampai 20 April 2009 aku bersama Pak Gito dan Bu Tini mendampingi anak untuk menjalani retret selama 3 hari di Wisma Retret Canossa Bintaro. Pengalaman baru bagiku. Pendampingan anak-anak sebanyak 37 anak tidaklah sesederhana kalau kita pernah hidup di asrama yang nota bene seminari. Anaka-anak ini belum tahu artinya tertib, hening atau disiplin, artinya menempatkan waktu sesuai dengan porsinya.
Perjalanan dari SD Asisi lancar sampai di Canossa, dengan diantar oleh sopir yang menyetir sebuah bus. Perjalanan dari Tebet langsung masuk Tol Tebet, melalui Pancoran. Sampai Cawang bus langsung masuk jalur tol Jagorawi, dengan mengambil jalur tol TB Simatupang. Sesampai di gerbang tol Pondok Aren bus keluar tol. Rupanya sang sopir sudah hafal dengan rute tersebut.
Kami serombongan diterima oleh suster pengelola rumah retret. Selanjutnya pembagian kamar yang sudah dibagi pihak rumah retret. Perjalanan sedemikian lancar. Banyak permainan yang diberikan, banyak pengetahuan untuk melatih kerja sama di antara para siswa SD, khususnya waktu outbond.
Hari kedua, hari Minggu diawali dengan kegiatan ke gereja St. Matius Bintaro sampai jam 08.00 aktivitas dimulai lagi. Hari ini fokusnya adalah out bond. Ada beberapa tipe untuk melatih kekompakan anak, misalnya:
1). Anak-anak dilatih untuk bekerjasama dalam memindahkan bola dengan menggunakan 4 benang, dimana masing-masing anak memegang ujung benang. Setelah benang berhasil menjepit bola itu, anak secara bersamaan harus menggeser bola danmemasukkannya di tempat yang telah disediakan.
2) Anak diminta untuk membuat jembatan bambu. Secara berpasangan anak memegang bambu yang kemudian salah seorang anak berusaha melewatinya. Bambu yang paling belakang, yang telah dilewati lalu berpindah ke depan. Dan demikian seterusnya sampai anak yang melalui bambu itu sampai di tujuannya.
3. Masing-masing anak memegang bambu kecil yang telah disediakan, berukuran panjang 30 cm. Tugas kelompok adalah menggeser ember berisi air di atas papan bambu yang melintang setinggi 2 meter. Bambu yang dipakai harus menyangga sayap ember. Jika salah satu bambu terlalu kuat menyangga maka ember akan miring, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa air di dalam ember akan mengguyur anak sampai basah kuyup. Perlu kejelian. Sesampai ember di ujung lintasan, ember harus digeser ke tempat semua dengan cara yang sama. Perlu waktu yang cepat atau cekatan dan ketelitian.
4). Sekolompok anak diikat dengan kain. Disediakan 15 bola plastik di ujung lapangan. antara start dan finish berjarak kira-kira 10 meter. Cara pengambilan bola harus jongkok. Setelah seorang anak mengambil bola plastik, lalu bola itu diberikan kepada teman yang ada di belakangnya. Perjalanan anak yang diikat menjadi satu itu harus kompak, kalau tidak kompak ada kemungkinan kelompok itu akan jatuh, dan jatuh semuanya. Perlu kekompakan.
Pertobatan
Malam Senin, malam tanggal 20 April sebagai ibadat penutup diadakan ibadat pertobatan. Dalam hal ini anak-anak diajak untuk mengenang kembali bagaimana perjalanan hidupnya selama ini. Bagaimana ia bersikap di dalam keluarga: dengan adik, kakak, mama, papa, kakek, nenek, dengan satpam pribadinya, atau bahkan dengan pembantu sekalipun. Dengan bahasa pengantar dan musik yang menyentuh kalbu, anak digiring kepada situasi yang membuat hati dan diri anak menjadi kecil di hadapan Tuhan. Tisue disiapkan....
Pertobatan walaupun sekejap, namun membuat anak untuk sadar. Sadar akan dirinya dan lingkungan di sekitarnya. Sadar bahwa ia memelrukan orang lain, yang pernah ia sakiti atau ia benci. Dengan pertobatan ini, anak akan mengalami bahwa ia merasa dicintai oleh teman-temannya, guru, orang tuanya masing-masing.
Hari Senin, anak-anak mulai beraktivitas dengan membuat surat pribadinya yang ditujukan kepada orang tua masing-masing. Surat... merupakan sarana komunikasi yang dulu pernah berjaya, namun keberadaannya sekarangmulai tergeser dengan canggihnya alat elektronik, misalnya karena ada telepon genggam, email, faceboook, blogg, atau messenger atau catthing.
Pengalaman hidup selama retret mengarahakan anak agar ikut berbela rasa dengan sesama yang kekurangan. Anak dilatih untuk bertanggung jawab dalam hal : Makan, makanan harus dihabiskan. Saat makan tidak boleh sambil berbicara. Menghormati makanan apapun itu.
Semoga dengan penyadaran sesaat ini membuat pengalaman anak bertambah, untuk ikut berbela rasa dengan teman-teman yang berkekurangan.
Perjalanan hidup manusia merupakan sebuah peziarahan, bila dilihat dari sudut iman kristiani. Perjalanan manusia yang dilaksanakan sebagai sebuah rutinitas memerlukan sebuah etape atau stasi untuk berhenti dari aktivitas semula. Ibarat mengadakan seminar kita perlu break time. Atau dalam berdiskusi kita memerlukan adanya termin, jeda waktu untuk menghela nafas sejenak, istirahat dari kejenuhan aau rasa capai yang mendera. Sebagaimana halnya agenda tahunan Sekolah Dasar Asisi, maka bulan April 2009 ini secara berturut-turut selama 3 minggu aku relay-tour untuk tugas sekolah. 2 kali minggu untuk sekolah 1 minggu untuk keluarga.
Tanggal 18 sampai 20 April 2009 aku bersama Pak Gito dan Bu Tini mendampingi anak untuk menjalani retret selama 3 hari di Wisma Retret Canossa Bintaro. Pengalaman baru bagiku. Pendampingan anak-anak sebanyak 37 anak tidaklah sesederhana kalau kita pernah hidup di asrama yang nota bene seminari. Anaka-anak ini belum tahu artinya tertib, hening atau disiplin, artinya menempatkan waktu sesuai dengan porsinya.
Perjalanan dari SD Asisi lancar sampai di Canossa, dengan diantar oleh sopir yang menyetir sebuah bus. Perjalanan dari Tebet langsung masuk Tol Tebet, melalui Pancoran. Sampai Cawang bus langsung masuk jalur tol Jagorawi, dengan mengambil jalur tol TB Simatupang. Sesampai di gerbang tol Pondok Aren bus keluar tol. Rupanya sang sopir sudah hafal dengan rute tersebut.
Kami serombongan diterima oleh suster pengelola rumah retret. Selanjutnya pembagian kamar yang sudah dibagi pihak rumah retret. Perjalanan sedemikian lancar. Banyak permainan yang diberikan, banyak pengetahuan untuk melatih kerja sama di antara para siswa SD, khususnya waktu outbond.
Hari kedua, hari Minggu diawali dengan kegiatan ke gereja St. Matius Bintaro sampai jam 08.00 aktivitas dimulai lagi. Hari ini fokusnya adalah out bond. Ada beberapa tipe untuk melatih kekompakan anak, misalnya:
1). Anak-anak dilatih untuk bekerjasama dalam memindahkan bola dengan menggunakan 4 benang, dimana masing-masing anak memegang ujung benang. Setelah benang berhasil menjepit bola itu, anak secara bersamaan harus menggeser bola danmemasukkannya di tempat yang telah disediakan.
2) Anak diminta untuk membuat jembatan bambu. Secara berpasangan anak memegang bambu yang kemudian salah seorang anak berusaha melewatinya. Bambu yang paling belakang, yang telah dilewati lalu berpindah ke depan. Dan demikian seterusnya sampai anak yang melalui bambu itu sampai di tujuannya.
3. Masing-masing anak memegang bambu kecil yang telah disediakan, berukuran panjang 30 cm. Tugas kelompok adalah menggeser ember berisi air di atas papan bambu yang melintang setinggi 2 meter. Bambu yang dipakai harus menyangga sayap ember. Jika salah satu bambu terlalu kuat menyangga maka ember akan miring, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa air di dalam ember akan mengguyur anak sampai basah kuyup. Perlu kejelian. Sesampai ember di ujung lintasan, ember harus digeser ke tempat semua dengan cara yang sama. Perlu waktu yang cepat atau cekatan dan ketelitian.
4). Sekolompok anak diikat dengan kain. Disediakan 15 bola plastik di ujung lapangan. antara start dan finish berjarak kira-kira 10 meter. Cara pengambilan bola harus jongkok. Setelah seorang anak mengambil bola plastik, lalu bola itu diberikan kepada teman yang ada di belakangnya. Perjalanan anak yang diikat menjadi satu itu harus kompak, kalau tidak kompak ada kemungkinan kelompok itu akan jatuh, dan jatuh semuanya. Perlu kekompakan.
Pertobatan
Malam Senin, malam tanggal 20 April sebagai ibadat penutup diadakan ibadat pertobatan. Dalam hal ini anak-anak diajak untuk mengenang kembali bagaimana perjalanan hidupnya selama ini. Bagaimana ia bersikap di dalam keluarga: dengan adik, kakak, mama, papa, kakek, nenek, dengan satpam pribadinya, atau bahkan dengan pembantu sekalipun. Dengan bahasa pengantar dan musik yang menyentuh kalbu, anak digiring kepada situasi yang membuat hati dan diri anak menjadi kecil di hadapan Tuhan. Tisue disiapkan....
Pertobatan walaupun sekejap, namun membuat anak untuk sadar. Sadar akan dirinya dan lingkungan di sekitarnya. Sadar bahwa ia memelrukan orang lain, yang pernah ia sakiti atau ia benci. Dengan pertobatan ini, anak akan mengalami bahwa ia merasa dicintai oleh teman-temannya, guru, orang tuanya masing-masing.
Hari Senin, anak-anak mulai beraktivitas dengan membuat surat pribadinya yang ditujukan kepada orang tua masing-masing. Surat... merupakan sarana komunikasi yang dulu pernah berjaya, namun keberadaannya sekarangmulai tergeser dengan canggihnya alat elektronik, misalnya karena ada telepon genggam, email, faceboook, blogg, atau messenger atau catthing.
Pengalaman hidup selama retret mengarahakan anak agar ikut berbela rasa dengan sesama yang kekurangan. Anak dilatih untuk bertanggung jawab dalam hal : Makan, makanan harus dihabiskan. Saat makan tidak boleh sambil berbicara. Menghormati makanan apapun itu.
Semoga dengan penyadaran sesaat ini membuat pengalaman anak bertambah, untuk ikut berbela rasa dengan teman-teman yang berkekurangan.
Langganan:
Postingan (Atom)