Minggu, 16 Mei 2010

Pernikahan Ermina Kurniawati & Paulus Lasimin (14 Mei 2010)

Maka, demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu....

Pengantar
Setiap manusia memiliki hak yang disebut hak asasi, hak yang dimilikinya tanpa didapatkan dari orang lain, tetapi hak itu dengan sendirinya memang dia dapatkan sejak manusia itu ada, sejak dalam kandungan ibu. Manusia berhak menentukan jalan hidupnya sendiri. Dia boleh menikah dan juga boleh tidak menikah. Dia tidak bisa dan bahkan tidak boleh dikekang oleh orang lain, sekalipun orang tua dan (lebih ekstrim) suami atau istrinya sendiri. Dia boleh menentukan jalan hidup yang akan dilaluinya.
Tuhan Engkau sungguh maha kuasa. Segala ciptaan-Mu tidak ada apa-apa bagi-Mu. Kami mengakui bahwa kami tak berharga sama sekali di hadapan-Mu.
Hari Jumat, tanggal 14 Mei 2010 itu akhirnya datang juga... Waktu yang telah lama dinantikan bagi Wati dan Lasimin akhirnya terpenuhi. Setelah melalui perjuangan hidup yang panjang, dengan mengikuti KPP di tingkat Stasi Punggur, mengurus ke catatan sipil, koordinasi dengan Wanita KAtolik cabang Punggur, dan banyak lagi toh... hasil jerih payah itu tidak sia-sia.
Mereka berdua saling menerimakan sakramen pernikahan di gereja St. Yosep Pekerja - Punggur, Paroki Metro. Perayaan Ekaristi mulai pukul 09.15 WIB dipimpin oleh Pst. Agustinus Iswanto, Pr.
Perayaan berjalan dengan lancar dan khidmat. Sebuah keluarga bisa dilambangkan dengan perjalanan sebuh biduk yang berlayar ke tengah lautan luas. Sang nakhoda (berdua) belum tahu apa yang akan terjadi dengan cuaca dan kapal di tengah lautan nanti.
Makna Cincin Pernikahan
Kupinang hatimu dengan ketulusan, kutandai dan kuhiasi jemarimu dengan sebuah cincin, menepikan hati dan jiwa pada keabadian. Kalimat seperti ini mungkin hanya merupakan penggalan dari beberapa kalimat yang mengukuhkan makna cincin dalam sebuah hubungan. Cincin merupakan sebuah tanda cinta. Simbol pertalian 2 hati yang saling berbagi dan melengkapi. Mas kawin pernikahan, pinangan, pertunangan atau ungkapan rasa seseorang terhadap kekasihnya umumnya ditandai dengan sebuah cincin. Cincin seakan mengukuhkan kesakralan sebuah pertautan hati. Sedalam itukah maknanya? Para peneliti purbakala menduga bahwa cincin berasal dari gelang yang dikenakan para wanita yang ditawan di zaman primitif. Lingkaran gelang di kaki dan lengan para wanita itu, perlahan-lahan dianggap sebagai pengikat yang menunjukkan bahwa wanita itu menjadi milik seorang pria dalam suku yang menawannya. Karena perkembangan aktivitas mereka, gelang-gelang tersebut kemudian diubah menjadi sebuah cincin. Tidak ada tahun yang pasti mengenai penggunaan cincin sebagai pengikat hubungan dua insan yang saling mengasihi. Berdasarkan penelusuran sejarah purbakala, bangsa Mesir merupakan orang pertama yang mengenakan cincin kawin dalam pernikahan. Baru pada tahun 900-an, para penganut Kristiani menggunakan cincin sebagai ikatan suci pernikahan.
Mengapa cincin berbentuk lingkaran? Dalam tulisan hieroglif, lingkaran berarti keabadian.Cincin kawin dianggap sebagai lambang pernikahan yang abadi. Selanjutnya, cincin juga dianggap akan mengabadikan hubungan dua orang yang saling mencintai.
Secara filosofis, lingkaran merupakan lambang kelengkapan. Allah Bapa menciptakan bumi ini seperti lingkaran, bulat dan berputar. Semua telah Dia sketsa dengan sempurna agar hamba-Nya mau memutar pikirannya untuk membaca, menggerakkan lidahnya untuk berbicara, melangkahkan kakinya untuk mencari, mengayunkan tanganya untuk mencoba-berusaha dan menyandarkan hatinya pada doa yang tiada henti. Telah dicipta sebuah wacana Yang Maha Sempurna bahwa hidup tak selalu sama. Hubungan antarmanusia tak pernah berdiam di satu titik yang pasti. Kebahagiaan, kedukaan dan kematian, selalu berputar mengitari lingkaran hidup. Manusia hanya bisa memprediksi, menjalani dan berharap keabadian pertalian itu, tanpa bisa menentukan akhir cerita yang diperankannya. Lingkaran itu tak pernah berujung, dan sebuah cincin adalah harapan untuk selalu melingkari hati yang dikasihi.
Cincin juga identik dengan keindahan, terutama bagi jari pemakainya. Jari manis seorang perempuan merupakan pasangan serasi sebuah cincin untuk mengikatkan ketulusan. Bagi orang Yunani Kuno, mengenakan cincin di jari manis dipercaya akan mengalirkan energi positif pada vena yang melewati jari tersebut ke jantung. Pantesan, banyak perempuan yang berdebar-debar jantungnya dan akhirnya luluh perasaannya ketika dipasangkan cincin di jari manisnya. Mitos apa fakta ya? Yang realistis sih gini. Jari manis lebih sedikit digunakan daripada jari-jari yang lain, sehingga lebih nyaman mengenakan cincin atau hiasan lain di jari manis itu. Ya, langgeng tidaknya sebuah hubungan tidak bergantung kepada sebuah cincin. Sebuah benda mati tidak akan mengalahkan kekuatan hati, hanya ketulusan dan pengertian yang bisa menjaga keutuhan dua hati. Keabadian sejati hanya milik Yang Maha Abadi.
Doaku:
Tuhan Yesus, berilah kekuatan yang baru bagi keluarga baru ini (dan keluarga-keluarga baru lainnya) agar dalam menempuh hidup dan menghadapi tantangan ini dapat mereka hadapi dengan hati yang tabah dan sabar. Semoga karena bimbingan Roh Kudus, mereka mampu mengatasi segala cuaca di tengah lautan kehidupan, dan sang nakhoda mampu mengarahkan biduk itu menuju tanah terjanji, yang dijanjikan oleh-Mu sendiri, yaitu kebahagiaan.
Wati (adikku) dan Lasimin : "SELAMAT MENEMPUH HIDUP YANG BARU" tinggalkan kebiasaan lama yang tidak berguna, dan tetap sabar, tegar dalam menghadapi pergolakan dunia yang makin lama makin tidak ringan.
Tuhan Yesus memberkatimu.

Penantian itu akhirnya datang juga ... (15 April 2010)

Hidup adalah perjuangan.
Hidup itu perlu diperjuangkan dan (tabu) bagi saya kalau hidupku merupakan hadiah dari orang lain, bukan dari kerja kerasku, sehingga aku menjadi seperti sekarang ini.
Bagaimanapun aku harus berjuang... berjuang dan berjuang....
Kalau aku keras terhadap kehidupan ini maka, kehidupan akan lunak terhadapku, namun sebaliknya, bila aku lunak terhadap kehidupan ini, maka dengan sendirinya kehidupan itu akan keras terhadapku... dan aku akan jatuh terjerembab, masih tertimpa beban berat yang akan bawa, entah beban fisik, maupun beban rohani dan psikis...
Memang benar, kata bapa pendiri bangsa ini (founding father), Bung Karno bahwa beban akan ringan bila yang kita hadapi adalah musuh dari bangsa lain, namun beban akan sungguh-sungguh sangat berat bila musuh yang kita hadapi adalah bangsa kita sendiri.

Hari ini, Kamis tanggal 15 April 2010 benar-benar hari yang bersejarah dalam hidup pribadiku. Sebuah moment di mana setitik kecil sejarah hidupku dihiasi oleh suatu keputusan kepala sekolah dasar Asisi yang memutuskan untuk aku. Aku tidak 'dipakai' untuk mengajar di SD tersebut.... Entah apa yang terjadi, yang melatarbelakanginya..????? Yang jelas aku dengan ikhlas dan pasrah menerima, tanpa protes apapun. Semoga keputusan seperti ini selalu diilhami oleh Roh Kudus, sehingga tidak ada pretensi negatif terhadapku sehingga pihak sekolah membuat keputusan tersebut dengan sadar dan tidak ada cacat sedikitpun. Seandainya ada cacat, maka semoga Roh Kudus mengkoreksi, dengan memberi teguran yang membangun bagi orang yang bersalah, entah dengan cara apa aku tidak tahu.
Di sisi lain sejarah dalam keluarga besar di Lampung hari yang sama, terjadi kebakaran hebat, yang menghanguskan pakaian dan meja tempat pakaian diletakkan. Ada apa itu? Roh Kuduskah?