Minggu, 16 Mei 2010

Pernikahan Ermina Kurniawati & Paulus Lasimin (14 Mei 2010)

Maka, demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu....

Pengantar
Setiap manusia memiliki hak yang disebut hak asasi, hak yang dimilikinya tanpa didapatkan dari orang lain, tetapi hak itu dengan sendirinya memang dia dapatkan sejak manusia itu ada, sejak dalam kandungan ibu. Manusia berhak menentukan jalan hidupnya sendiri. Dia boleh menikah dan juga boleh tidak menikah. Dia tidak bisa dan bahkan tidak boleh dikekang oleh orang lain, sekalipun orang tua dan (lebih ekstrim) suami atau istrinya sendiri. Dia boleh menentukan jalan hidup yang akan dilaluinya.
Tuhan Engkau sungguh maha kuasa. Segala ciptaan-Mu tidak ada apa-apa bagi-Mu. Kami mengakui bahwa kami tak berharga sama sekali di hadapan-Mu.
Hari Jumat, tanggal 14 Mei 2010 itu akhirnya datang juga... Waktu yang telah lama dinantikan bagi Wati dan Lasimin akhirnya terpenuhi. Setelah melalui perjuangan hidup yang panjang, dengan mengikuti KPP di tingkat Stasi Punggur, mengurus ke catatan sipil, koordinasi dengan Wanita KAtolik cabang Punggur, dan banyak lagi toh... hasil jerih payah itu tidak sia-sia.
Mereka berdua saling menerimakan sakramen pernikahan di gereja St. Yosep Pekerja - Punggur, Paroki Metro. Perayaan Ekaristi mulai pukul 09.15 WIB dipimpin oleh Pst. Agustinus Iswanto, Pr.
Perayaan berjalan dengan lancar dan khidmat. Sebuah keluarga bisa dilambangkan dengan perjalanan sebuh biduk yang berlayar ke tengah lautan luas. Sang nakhoda (berdua) belum tahu apa yang akan terjadi dengan cuaca dan kapal di tengah lautan nanti.
Makna Cincin Pernikahan
Kupinang hatimu dengan ketulusan, kutandai dan kuhiasi jemarimu dengan sebuah cincin, menepikan hati dan jiwa pada keabadian. Kalimat seperti ini mungkin hanya merupakan penggalan dari beberapa kalimat yang mengukuhkan makna cincin dalam sebuah hubungan. Cincin merupakan sebuah tanda cinta. Simbol pertalian 2 hati yang saling berbagi dan melengkapi. Mas kawin pernikahan, pinangan, pertunangan atau ungkapan rasa seseorang terhadap kekasihnya umumnya ditandai dengan sebuah cincin. Cincin seakan mengukuhkan kesakralan sebuah pertautan hati. Sedalam itukah maknanya? Para peneliti purbakala menduga bahwa cincin berasal dari gelang yang dikenakan para wanita yang ditawan di zaman primitif. Lingkaran gelang di kaki dan lengan para wanita itu, perlahan-lahan dianggap sebagai pengikat yang menunjukkan bahwa wanita itu menjadi milik seorang pria dalam suku yang menawannya. Karena perkembangan aktivitas mereka, gelang-gelang tersebut kemudian diubah menjadi sebuah cincin. Tidak ada tahun yang pasti mengenai penggunaan cincin sebagai pengikat hubungan dua insan yang saling mengasihi. Berdasarkan penelusuran sejarah purbakala, bangsa Mesir merupakan orang pertama yang mengenakan cincin kawin dalam pernikahan. Baru pada tahun 900-an, para penganut Kristiani menggunakan cincin sebagai ikatan suci pernikahan.
Mengapa cincin berbentuk lingkaran? Dalam tulisan hieroglif, lingkaran berarti keabadian.Cincin kawin dianggap sebagai lambang pernikahan yang abadi. Selanjutnya, cincin juga dianggap akan mengabadikan hubungan dua orang yang saling mencintai.
Secara filosofis, lingkaran merupakan lambang kelengkapan. Allah Bapa menciptakan bumi ini seperti lingkaran, bulat dan berputar. Semua telah Dia sketsa dengan sempurna agar hamba-Nya mau memutar pikirannya untuk membaca, menggerakkan lidahnya untuk berbicara, melangkahkan kakinya untuk mencari, mengayunkan tanganya untuk mencoba-berusaha dan menyandarkan hatinya pada doa yang tiada henti. Telah dicipta sebuah wacana Yang Maha Sempurna bahwa hidup tak selalu sama. Hubungan antarmanusia tak pernah berdiam di satu titik yang pasti. Kebahagiaan, kedukaan dan kematian, selalu berputar mengitari lingkaran hidup. Manusia hanya bisa memprediksi, menjalani dan berharap keabadian pertalian itu, tanpa bisa menentukan akhir cerita yang diperankannya. Lingkaran itu tak pernah berujung, dan sebuah cincin adalah harapan untuk selalu melingkari hati yang dikasihi.
Cincin juga identik dengan keindahan, terutama bagi jari pemakainya. Jari manis seorang perempuan merupakan pasangan serasi sebuah cincin untuk mengikatkan ketulusan. Bagi orang Yunani Kuno, mengenakan cincin di jari manis dipercaya akan mengalirkan energi positif pada vena yang melewati jari tersebut ke jantung. Pantesan, banyak perempuan yang berdebar-debar jantungnya dan akhirnya luluh perasaannya ketika dipasangkan cincin di jari manisnya. Mitos apa fakta ya? Yang realistis sih gini. Jari manis lebih sedikit digunakan daripada jari-jari yang lain, sehingga lebih nyaman mengenakan cincin atau hiasan lain di jari manis itu. Ya, langgeng tidaknya sebuah hubungan tidak bergantung kepada sebuah cincin. Sebuah benda mati tidak akan mengalahkan kekuatan hati, hanya ketulusan dan pengertian yang bisa menjaga keutuhan dua hati. Keabadian sejati hanya milik Yang Maha Abadi.
Doaku:
Tuhan Yesus, berilah kekuatan yang baru bagi keluarga baru ini (dan keluarga-keluarga baru lainnya) agar dalam menempuh hidup dan menghadapi tantangan ini dapat mereka hadapi dengan hati yang tabah dan sabar. Semoga karena bimbingan Roh Kudus, mereka mampu mengatasi segala cuaca di tengah lautan kehidupan, dan sang nakhoda mampu mengarahkan biduk itu menuju tanah terjanji, yang dijanjikan oleh-Mu sendiri, yaitu kebahagiaan.
Wati (adikku) dan Lasimin : "SELAMAT MENEMPUH HIDUP YANG BARU" tinggalkan kebiasaan lama yang tidak berguna, dan tetap sabar, tegar dalam menghadapi pergolakan dunia yang makin lama makin tidak ringan.
Tuhan Yesus memberkatimu.

Penantian itu akhirnya datang juga ... (15 April 2010)

Hidup adalah perjuangan.
Hidup itu perlu diperjuangkan dan (tabu) bagi saya kalau hidupku merupakan hadiah dari orang lain, bukan dari kerja kerasku, sehingga aku menjadi seperti sekarang ini.
Bagaimanapun aku harus berjuang... berjuang dan berjuang....
Kalau aku keras terhadap kehidupan ini maka, kehidupan akan lunak terhadapku, namun sebaliknya, bila aku lunak terhadap kehidupan ini, maka dengan sendirinya kehidupan itu akan keras terhadapku... dan aku akan jatuh terjerembab, masih tertimpa beban berat yang akan bawa, entah beban fisik, maupun beban rohani dan psikis...
Memang benar, kata bapa pendiri bangsa ini (founding father), Bung Karno bahwa beban akan ringan bila yang kita hadapi adalah musuh dari bangsa lain, namun beban akan sungguh-sungguh sangat berat bila musuh yang kita hadapi adalah bangsa kita sendiri.

Hari ini, Kamis tanggal 15 April 2010 benar-benar hari yang bersejarah dalam hidup pribadiku. Sebuah moment di mana setitik kecil sejarah hidupku dihiasi oleh suatu keputusan kepala sekolah dasar Asisi yang memutuskan untuk aku. Aku tidak 'dipakai' untuk mengajar di SD tersebut.... Entah apa yang terjadi, yang melatarbelakanginya..????? Yang jelas aku dengan ikhlas dan pasrah menerima, tanpa protes apapun. Semoga keputusan seperti ini selalu diilhami oleh Roh Kudus, sehingga tidak ada pretensi negatif terhadapku sehingga pihak sekolah membuat keputusan tersebut dengan sadar dan tidak ada cacat sedikitpun. Seandainya ada cacat, maka semoga Roh Kudus mengkoreksi, dengan memberi teguran yang membangun bagi orang yang bersalah, entah dengan cara apa aku tidak tahu.
Di sisi lain sejarah dalam keluarga besar di Lampung hari yang sama, terjadi kebakaran hebat, yang menghanguskan pakaian dan meja tempat pakaian diletakkan. Ada apa itu? Roh Kuduskah?

Selasa, 13 April 2010

Harapan Tahun Ajaran Baru 2010-2011

Bagi sebagian guru, ini yang aku alami, di menjelang akhir tahun pelajaran ada hal yang membuat nggak enak. ini pengalaman yang kualami, yang saat ini menyandang status sebagai guru honor (terhormat atau dihormati), walaupun kadang tidak dihormati sebagai guru (honorabillis).
Banyak sesama guru yang ketar-ketir atau betapa bahagia mereka karena mereka sudah mendapat keputusan untuk lanjut "dipakai" atau di-cut alias tidak lanjut dipakai menjadi guru di sekolah tertentu.
Guru, saat ini seolah bukan pekerjaan yang bergengsi. Karena kulihat dari tempat kerjaku, yang menjadi guru tidak imbang perbandingannya antara yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Dan, kenyataannya banyak yang perempuan....

Demikian juga rasa keadilan seakan mengoyak nurani, ketika ada guru yang baru masuk - secara otomatis langsung menjadi guru tetap, dengan mudahnya melenggang seakan tidak ada beban (dosa). Sementara di sekolah ini ada yang berjuang sebagai honor tadi, sudah bahkan 5-8 tahun, ternyata ujung-ujungnya kandas juga tidak dipakai.

Di manakah akar permasalahannya?

Aku bukan pembuat keputusan... aku juga tidak punya kuasa apapun, selain aku memiliki hak untuk meneladan Sang Guru Abadi, yang telah rela mati untuk dosa manusia. Dialah Yesus Kristus, Sang Guru Sejati... dimana siapapun yang mau mengikuti dan meneladani cara hidupnya dipersilahkan... monggo.... tanpa syarat dan tanpa sogokan untuk masuk menjadi murid-Nya.
Orang yang punya kuasa seakan bermain seluas-luas kekuasaannya... tanpa memandang sejauh mana sisi positif yang telah dilakukan dan dimilikinya.
Sepertinya pihak yang punya kuasa untuk menentukan hidup seseorang atau keluarga seseorang itu, mereka dengan mudah memutuskan terus dipakai atau tidak terus dipakai itu berdasarkan tes Psikologi. Memang perlu sih.... tapi adakah guru ideal itu di dunia ini, selain Tuhan Yesus sendiri.
Begitu jatuh bangunnya diriku untuk berusaha sekuat mungkin untuk tidak marah, tapi ada yang memandang guru itu lembek, tidak punya ketegasan...
Ada yang memandang guru itu mudah memberi nilai, tapi ada yang memandang guru itu murahan... Dan masih banyak litani guru yang lain, yang menyudutkan eksistensi guru itu sendiri....

Suatu saat akudan teman-teman dengan para siswa SD mau berangkat camping rohani (8-10 April 2010) ke PGI Cipayung. Suatu saat anak-anak antri untuk masuk bus,ternyata ada orang tua yang menanyai, "Bapak guru rombongan ini?". Lalu saya jawab, "Ya". tanpa basa-basi dan tanpa permisi, dan pasti tidak kenal saya, juga saya tidak mengenalnya, langsung bapa itu tanpa rasa tahu diri memarahi,"Atur dong, gimana sih jadi guru.... nggak bisa diteladani"!Capek deh...
Siang bolong... habis mengajar anak-anak... tahu-tahunya aku dimarahi di depan orang banyak....

Begitulah nasib guru...
Aku di akhir tahun pelajaran ini mengalami kegetiran hati, bukan kekuatiran... Aku harus dinilai untuk layak memberikan pengajaran atau tidak, sementara dapurku harus mengepulkan asap kehidupan.... Harapanku: semoga... apapun yang terjadi aku diberi iman sebesar iman Bunda Maria, yang begitu kuat dan dengan tegas mengatakan: "Terjadilah padaku menurut perkataanmu...."!

Ya Tuhan berilah kami kekuatan untuk menerima kehendak-Mu melalaui tangan-tangan orang yang berkuasa menentukan keberadaanku di tempat ini, tapi bukan menentukan hidupku... Amin.

Pak dan Bu Polisi, belajarlah dari Pak Hoegeng!

Belajar dari Pak Hoegeng (1921-2004)


Selasa ,13 April 2010
Orang yang mau membersihkan Polisi harus sebersih Polisi Tidur .
Ada guyonan di masyarakat tentang kejujuran seorang Polisi bahwa hanya ada dua polisi yang tidak bisa disuap, yaitu Polisi Hoegeng dan polisi tidur.
Dari pagi ini sampai sore saya menonton berita terkini di metro TV tentang kembalinya SJ (Syarhril Johan) ke Indonesia dari Singapura dan beritatentang Susno yang sempat dibawa ke Mabes Polri untuk diperiksa DivPropam .Dampak dari berita tentang Gayus Tambunan membuat citra Polisi dengan segala Prestasinya seperti tenggelam,Polisi selalu dipersalahkan.
Susno berjanji bisa membersihkan Polri selama 6(enam ) bulan .Tapi apa benar Susno bisa membersihkan polisi? Film Pursuit Of happyness yang dibintangi oleh Will Smith mempunyai makna “saat situasi kondisi memaksa untuk terhimpit /menyerah membuat semangat kita harus terus berjuang dan terus maju.Semangat harus untuk berjuang dan terus maju untuk berubah ke arah yang lebih baik .Situasi yang dihadapi Polisi saat ini harus membuat polisi tetap berjuang dan bersemangat untuk maju! Semangat itu sudah diinspirasi oleh pak Hoegeng saat inilah saat yang paling tepat untuk terus maju dan berjuang untuk perubahan .Polisi ingin dibersihkan perlu figur ,teladan seperti Hoegeng .Untuk Meningkatkan Citra kepolisian yang belakangan ini diperlukan suatu figur kepemimpinan yang bisa dijadikan teladan(role model) .Setelah membaca beberapa buku dan artikel di website figur yang tepat adalah Hoegeng Imam Santoso yang dikenal dengan nama Hoegeng .Belajar dari Pak Hoegeng untuk menjadi Polisi yang dicintai masyarakat ,memang tidak semudah yang diucapkan tapi kenyataan inilah model Polisi teladan yang bisa dijadikan “Tuntunan bukan tontonan ” (bukan seperti sekarang polisi dijadikan Tontonan).Inilah cerita singkat tentang Hoegeng Untuk dijadikan renungan bagi para saya (Bhayangkara )
Kejujuran Hoegeng dalam keseharian maupun di lingkungan Polri tak diragukan lagi. Semua tercatat dalam buku yang diterbitkan Bentang Pustaka, Yogyakarta, Hoegeng. Saat bertugas di Medan, Sumatra Utara (Sumut), banyak peristiwa mencengangkan dilakukan ayah tiga anak ini. Dia mengeluarkan secara paksa perabotan di rumah dinasnya. Perabotan mahalmahal itu ditaruh di pinggir jalan. Kelakuan itu bukan tanpa alasan. Barang-barang itu sebagai pelicin dari cukong agar bisnis ilegalnya berjalan mulus.
Hoegeng juga pernah marah-marah sambil melemparkan berbagai hadiah (parsel) ke luar jendela. Walaupun nilainya kecil, tetap saja itu sogokan, dan pasti ada maunya. Peristiwa itu seperti baru terjadi kemarin sore dan hingga kini melegenda di Kepolisian RI, khususnya di Medan, kata Jenderal Pol Kuntarto yang menjadi kapolda Sumut tahun 1987-1988.Kehadiran Hoegeng di Sumut untuk menumpas bisnis ilegal, penyelundupan, dan judi. Bisnis itu berjalan lancar, karena saat itu ada backing dari oknum tentara dan oknum polisi. Hoegeng kemudian merunut jejak praktik kongkalikong itu. Ia menemukan, ujung-ujungnya adalah Cina Medan. Sedangkan oknum aparat tak lebih sebagai kacungnya. Sebuah kenyataan yang amat memalukan,gumam Hoegeng dengan geram dihalaman 50 buku itu.
Di tangan pria kelahiran Pekalongan ini, para penjudi dan penyelundup tak bisa berkutik. Semua ditangkap, termasuk para backing diproses secara hukum. Sukses di Sumut, Hoegeng mendapat tugas memberantas KKN di Jawatan Imigrasi, lalu menjadi menteri Iuran Negara. Dia pun berhasil menjalankan tugasnya. Lalu dikembalikan ke kepolisian sebagai kapolri menggantikan Soetjipto yang mundur.
Hoegeng dilantik oleh Presiden Soeharto pada 15 Mei 1968. Sebelumnya, Soeharto mengingatkan kepada Hoegeng agar polisi tak memikirkan tugas angkatan lain yang memiliki fungsi tempur. Hendaknya polisi menjalankan tugas sesuai fungsinya, dan jangan ada lagi faksi di kalangan perwira yang membuat persaingan tidak sehat. Hoegeng setuju. Namun, dia juga meminta agar angkatan lain pun tidak mencampuri urusan intern Kepolisian. Soeharto hanya diam. Bahkan hingga berhenti sebagai kapolri, Hoegeng tidak tahu bagaimana sikap Soeharto yang sebenarnya.
Selama Menjadi menjadi kapolri, Hoegeng sangat disiplin. Sebelum jam tujuh pagi sudah datang di kantor. Dari rumah dinasnya di Menteng menuju Mabes Polri di Kebayoran Baru selalu ditempuh dengan rute berbeda. Cara ini dilakukan agar kapolri mengetahui kondisi lalu lintas, termasuk kesiagaan polisi lalu lintasnya. Jika terjadi kemacetan di ja lan, ia tak ragu turun dari ken daraannya mengatur lalu lintas. Hoegeng menjalankan dengan ikhlas, seraya memberi contoh kepada anak buahnya di lapangan.Sebagai pucuk pimpinan Kepolisian, Hoegeng pun dekat dengan masyarakat. Baginya tidak perlu ada gardu penjaga di halaman rumah agar setiap orang tidak merasa takut atau enggan bertamu ke rumahnya. Dia menjadikan rumahnya sebagai rumah komando yang terbuka 24 jam untuk urusan dinas kepolisian.Selama ia menjabat sebagai kapolri ada dua kasus menggemparkan masyarakat. Pertama kasus Sum Kuning, yaitu pemerkosaan terhadap penjual telur, Sumarijem, yang diduga pelakunya anak-anak petinggi teras di Yogyakarta. Ironisnya, korban perkosaan malah dipenjara oleh polisi dengan tuduhan memberi keterangan palsu. Lalu merembet dianggap terlibat kegiatan ilegal PKI. Nuansa rekayasa semakin terang ketika persidangan digelar tertutup. Wartawan yang menulis kasus Sum harus berurusan dengan Dandim 096.
Hoegeng bertindak. Kita tidak gentar menghadapi orangorang gede siapa pun. Kita hanya takut kepada Tuhan Yang Mahaesa. Jadi, walaupun keluarga sendiri, kalau salah tetap kita tindak. Geraklah the sooner the better, tegas Hoegeng di halam an 95.
Kasus lainnya yang menghebohkan adalah penyelundupan mobil-mobil mewah bernilai miliaran rupiah oleh Robby Tjah jadi. Berkat jaminan, pengusaha ini hanya beberapa jam mendekam di tahanan Komdak. Sungguh berkua sanya si penjamin sampai Ke jaksaan Jakarta Raya pun memetieskan kasus ini. Siapakah si penjamin itu?
Tapi, Hoegeng tak gentar. Di kasus penyelundupan mobil mewah berikutnya, Robby tak berkutik. Pejabat yang terbukti menerima sogokan ditahan. Ru mor yang santer, gara-gara membong kar kasus ini pula yang menyebabkan Hoegeng di pensiunkan, 2 Oktober 1971 dari ja batan kapolri. Kasus ini ter nya ta me libatkan sejumlah pe jabat dan perwira tinggi ABRI (hlm 118).
Bayangan banyak orang, memasuki masa pensiun orang pertama di kepolisian pasti menyenangkan. Tinggal menikmati rumah mewah berikut isinya, kendaraan siap pakai. Semua itu diperoleh dari sogokan para peng usaha.
Ternyata masa menyenangkan itu tidak berlaku bagi Hoegeng yang anti disogok. Pria yang pernah dinobatkan sebagai The Man of the Year 1970 ini pensiun tanpa memiliki rumah, kendaraan, maupun barang mewah. Rumah dinas menjadi milik Hoegeng atas pemberian dari Kepolisian. Beberapa kapolda patungan membeli mobil Kingswood, yang kemudian menjadi satu-satunya mobil yang ia miliki.Pengabdian yang penuh dari Pak Hoegeng tentu membawa konsekuensi bagi hidupnya sehari-hari. Pernah dituturkannya sekali waktu, setelah berhenti dari Kepala Polri dan pensiunnya masih diproses, suatu waktu dia tidak tahu apa yang masih dapat dimakan oleh keluarga karena di rumah sudah kehabisan beras.
Itulah sekadar beberapa catatan kenangan untuk Pak Hoegeng yang baru saja meninggalkan kita. Seorang yang hidupnya senantiasa jujur, seorang yang menjadi simbol bagi hidup jujur, dan simbol bagi kejujuran yang hidup. Ada guyonan di masyarakat tentang kejujuran seorang Hoegeng bahwa hanya ada dua polisi yang tidak bisa disuap, yaitu Polisi Hoegeng dan polisi tidur. Berbagai gebrakan internal ataupun ekternal telah dilakukan dalam rangka membersihkan polisi yang melakukan pelanggaran dan “nakal” dan harus berkomitmen menyeret polisi ke pengadilan jika terbukti bersalah. Keberhasilan dalam membersihkan internal kepolisian akan menjadi poin tersendiri dalam meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap kinerja kepolisian.Setiap waktu pula upaya kepolisian untuk mendongkrak citra positif selalu berpacu dengan masalah opini masyarakat akibat dari masalah Markus Gayus Tambunan . Mestinya pelbagai kejadian buruk bisa berkurang, apalagi polisi sudah dilepaskan dari TNI. Pada masa transparansi, akuntabilitas, dan transisi demokrasi, seperti sekarang ini, jajaran kepolisian dituntut untuk bisa membersihkan berbagai masalah, terlebih lagi korupsi di dalam tubuh polisi itu sendiri. Sebagai salah satu institusi yang memiliki peran besar dalam proses pengamanan dan keamanan negara, Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) harus terus untuk berbenah diri menuju polisi yang profesional.dilema yang dirasakan oleh bhayangkara saat ini adalah satu sisi ingin berubah dan disatu juga masih butuh ”materi” untk kehidupan sehari-hari.Figur seorang pemimpin di tubuh aparat kepolisian di manapun posisinya harus mampu mendorong perbaikan citra polisi secara kualitatif.
Kunci perunbahan terletak pada budaya informal Polisi :perilaku mereka dilapangan seperti budaya 86 ,lapor kambing hilang kandangnya,tidak responsif kalau tidak ada uang bensinya,uang rokok dll.kesimpulannya perilaku yang akan ditanamkan kepada seluruh Anggota Bhayangkara adalah berubahnya karakter pada individu per individu dalam menjalankan tugas dengan pedoman dan figur dari pemimpinnya .supaya bisa merubah budaya informal yang tidak baik dan bisa menjadi agen perubahan POLRI dengan membuat budaya informal yang bernuansa yang baru pada unit yang akan dipimpinnya sehingga dapat meraih hati masyarakat dan memulihkan luka yang telah tertancap lama .

APAPUN yang dikatakan orang,percayalah gagasan dan kata-kata serta tulisan dapat mengubah dunia

Terima Kasih Pak Hoegeng. Perjuangan hidupmu tidak akan sia-sia

Pak/Bu Polisi, belajarlah dari Pak Hoegeng....

Belajar dari Pak Hoegeng (1921-2004)

Selasa ,13 April 2010
Orang yang mau membersihkan Polisi harus sebersih Polisi Tidur .
Ada guyonan di masyarakat tentang kejujuran seorang Polisi bahwa hanya ada dua polisi yang tidak bisa disuap, yaitu Polisi Hoegeng dan polisi tidur.
Dari pagi ini sampai sore saya menonton berita terkini di metro TV tentang kembalinya SJ (Syarhril Johan) ke Indonesia dari Singapura dan beritatentang Susno yang sempat dibawa ke Mabes Polri untuk diperiksa DivPropam .Dampak dari berita tentang Gayus Tambunan membuat citra Polisi dengan segala Prestasinya seperti tenggelam,Polisi selalu dipersalahkan.
Susno berjanji bisa membersihkan Polri selama 6(enam ) bulan .Tapi apa benar Susno bisa membersihkan polisi? Film Pursuit Of happyness yang dibintangi oleh Will Smith mempunyai makna “saat situasi kondisi memaksa untuk terhimpit /menyerah membuat semangat kita harus terus berjuang dan terus maju.Semangat harus untuk berjuang dan terus maju untuk berubah ke arah yang lebih baik .Situasi yang dihadapi Polisi saat ini harus membuat polisi tetap berjuang dan bersemangat untuk maju! Semangat itu sudah diinspirasi oleh pak Hoegeng saat inilah saat yang paling tepat untuk terus maju dan berjuang untuk perubahan .Polisi ingin dibersihkan perlu figur ,teladan seperti Hoegeng .Untuk Meningkatkan Citra kepolisian yang belakangan ini diperlukan suatu figur kepemimpinan yang bisa dijadikan teladan(role model) .Setelah membaca beberapa buku dan artikel di website figur yang tepat adalah Hoegeng Imam Santoso yang dikenal dengan nama Hoegeng .Belajar dari Pak Hoegeng untuk menjadi Polisi yang dicintai masyarakat ,memang tidak semudah yang diucapkan tapi kenyataan inilah model Polisi teladan yang bisa dijadikan “Tuntunan bukan tontonan ” (bukan seperti sekarang polisi dijadikan Tontonan).Inilah cerita singkat tentang Hoegeng Untuk dijadikan renungan bagi para saya (Bhayangkara )
Kejujuran Hoegeng dalam keseharian maupun di lingkungan Polri tak diragukan lagi. Semua tercatat dalam buku yang diterbitkan Bentang Pustaka, Yogyakarta, Hoegeng. Saat bertugas di Medan, Sumatra Utara (Sumut), banyak peristiwa mencengangkan dilakukan ayah tiga anak ini. Dia mengeluarkan secara paksa perabotan di rumah dinasnya. Perabotan mahalmahal itu ditaruh di pinggir jalan. Kelakuan itu bukan tanpa alasan. Barang-barang itu sebagai pelicin dari cukong agar bisnis ilegalnya berjalan mulus.
Hoegeng juga pernah marah-marah sambil melemparkan berbagai hadiah (parsel) ke luar jendela. Walaupun nilainya kecil, tetap saja itu sogokan, dan pasti ada maunya. Peristiwa itu seperti baru terjadi kemarin sore dan hingga kini melegenda di Kepolisian RI, khususnya di Medan, kata Jenderal Pol Kuntarto yang menjadi kapolda Sumut tahun 1987-1988.Kehadiran Hoegeng di Sumut untuk menumpas bisnis ilegal, penyelundupan, dan judi. Bisnis itu berjalan lancar, karena saat itu ada backing dari oknum tentara dan oknum polisi. Hoegeng kemudian merunut jejak praktik kongkalikong itu. Ia menemukan, ujung-ujungnya adalah Cina Medan. Sedangkan oknum aparat tak lebih sebagai kacungnya. Sebuah kenyataan yang amat memalukan,gumam Hoegeng dengan geram dihalaman 50 buku itu.
Di tangan pria kelahiran Pekalongan ini, para penjudi dan penyelundup tak bisa berkutik. Semua ditangkap, termasuk para backing diproses secara hukum. Sukses di Sumut, Hoegeng mendapat tugas memberantas KKN di Jawatan Imigrasi, lalu menjadi menteri Iuran Negara. Dia pun berhasil menjalankan tugasnya. Lalu dikembalikan ke kepolisian sebagai kapolri menggantikan Soetjipto yang mundur.
Hoegeng dilantik oleh Presiden Soeharto pada 15 Mei 1968. Sebelumnya, Soeharto mengingatkan kepada Hoegeng agar polisi tak memikirkan tugas angkatan lain yang memiliki fungsi tempur. Hendaknya polisi menjalankan tugas sesuai fungsinya, dan jangan ada lagi faksi di kalangan perwira yang membuat persaingan tidak sehat. Hoegeng setuju. Namun, dia juga meminta agar angkatan lain pun tidak mencampuri urusan intern Kepolisian. Soeharto hanya diam. Bahkan hingga berhenti sebagai kapolri, Hoegeng tidak tahu bagaimana sikap Soeharto yang sebenarnya.
Selama Menjadi menjadi kapolri, Hoegeng sangat disiplin. Sebelum jam tujuh pagi sudah datang di kantor. Dari rumah dinasnya di Menteng menuju Mabes Polri di Kebayoran Baru selalu ditempuh dengan rute berbeda. Cara ini dilakukan agar kapolri mengetahui kondisi lalu lintas, termasuk kesiagaan polisi lalu lintasnya. Jika terjadi kemacetan di ja lan, ia tak ragu turun dari ken daraannya mengatur lalu lintas. Hoegeng menjalankan dengan ikhlas, seraya memberi contoh kepada anak buahnya di lapangan.Sebagai pucuk pimpinan Kepolisian, Hoegeng pun dekat dengan masyarakat. Baginya tidak perlu ada gardu penjaga di halaman rumah agar setiap orang tidak merasa takut atau enggan bertamu ke rumahnya. Dia menjadikan rumahnya sebagai rumah komando yang terbuka 24 jam untuk urusan dinas kepolisian.Selama ia menjabat sebagai kapolri ada dua kasus menggemparkan masyarakat. Pertama kasus Sum Kuning, yaitu pemerkosaan terhadap penjual telur, Sumarijem, yang diduga pelakunya anak-anak petinggi teras di Yogyakarta. Ironisnya, korban perkosaan malah dipenjara oleh polisi dengan tuduhan memberi keterangan palsu. Lalu merembet dianggap terlibat kegiatan ilegal PKI. Nuansa rekayasa semakin terang ketika persidangan digelar tertutup. Wartawan yang menulis kasus Sum harus berurusan dengan Dandim 096.
Hoegeng bertindak. Kita tidak gentar menghadapi orangorang gede siapa pun. Kita hanya takut kepada Tuhan Yang Mahaesa. Jadi, walaupun keluarga sendiri, kalau salah tetap kita tindak. Geraklah the sooner the better, tegas Hoegeng di halam an 95.
Kasus lainnya yang menghebohkan adalah penyelundupan mobil-mobil mewah bernilai miliaran rupiah oleh Robby Tjah jadi. Berkat jaminan, pengusaha ini hanya beberapa jam mendekam di tahanan Komdak. Sungguh berkua sanya si penjamin sampai Ke jaksaan Jakarta Raya pun memetieskan kasus ini. Siapakah si penjamin itu?
Tapi, Hoegeng tak gentar. Di kasus penyelundupan mobil mewah berikutnya, Robby tak berkutik. Pejabat yang terbukti menerima sogokan ditahan. Ru mor yang santer, gara-gara membong kar kasus ini pula yang menyebabkan Hoegeng di pensiunkan, 2 Oktober 1971 dari ja batan kapolri. Kasus ini ter nya ta me libatkan sejumlah pe jabat dan perwira tinggi ABRI (hlm 118).
Bayangan banyak orang, memasuki masa pensiun orang pertama di kepolisian pasti menyenangkan. Tinggal menikmati rumah mewah berikut isinya, kendaraan siap pakai. Semua itu diperoleh dari sogokan para peng usaha.
Ternyata masa menyenangkan itu tidak berlaku bagi Hoegeng yang anti disogok. Pria yang pernah dinobatkan sebagai The Man of the Year 1970 ini pensiun tanpa memiliki rumah, kendaraan, maupun barang mewah. Rumah dinas menjadi milik Hoegeng atas pemberian dari Kepolisian. Beberapa kapolda patungan membeli mobil Kingswood, yang kemudian menjadi satu-satunya mobil yang ia miliki.Pengabdian yang penuh dari Pak Hoegeng tentu membawa konsekuensi bagi hidupnya sehari-hari. Pernah dituturkannya sekali waktu, setelah berhenti dari Kepala Polri dan pensiunnya masih diproses, suatu waktu dia tidak tahu apa yang masih dapat dimakan oleh keluarga karena di rumah sudah kehabisan beras.
Itulah sekadar beberapa catatan kenangan untuk Pak Hoegeng yang baru saja meninggalkan kita. Seorang yang hidupnya senantiasa jujur, seorang yang menjadi simbol bagi hidup jujur, dan simbol bagi kejujuran yang hidup. Ada guyonan di masyarakat tentang kejujuran seorang Hoegeng bahwa hanya ada dua polisi yang tidak bisa disuap, yaitu Polisi Hoegeng dan polisi tidur. Berbagai gebrakan internal ataupun ekternal telah dilakukan dalam rangka membersihkan polisi yang melakukan pelanggaran dan “nakal” dan harus berkomitmen menyeret polisi ke pengadilan jika terbukti bersalah. Keberhasilan dalam membersihkan internal kepolisian akan menjadi poin tersendiri dalam meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap kinerja kepolisian.Setiap waktu pula upaya kepolisian untuk mendongkrak citra positif selalu berpacu dengan masalah opini masyarakat akibat dari masalah Markus Gayus Tambunan . Mestinya pelbagai kejadian buruk bisa berkurang, apalagi polisi sudah dilepaskan dari TNI. Pada masa transparansi, akuntabilitas, dan transisi demokrasi, seperti sekarang ini, jajaran kepolisian dituntut untuk bisa membersihkan berbagai masalah, terlebih lagi korupsi di dalam tubuh polisi itu sendiri. Sebagai salah satu institusi yang memiliki peran besar dalam proses pengamanan dan keamanan negara, Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) harus terus untuk berbenah diri menuju polisi yang profesional.dilema yang dirasakan oleh bhayangkara saat ini adalah satu sisi ingin berubah dan disatu juga masih butuh ”materi” untk kehidupan sehari-hari.Figur seorang pemimpin di tubuh aparat kepolisian di manapun posisinya harus mampu mendorong perbaikan citra polisi secara kualitatif.
Kunci perunbahan terletak pada budaya informal Polisi :perilaku mereka dilapangan seperti budaya 86 ,lapor kambing hilang kandangnya,tidak responsif kalau tidak ada uang bensinya,uang rokok dll.kesimpulannya perilaku yang akan ditanamkan kepada seluruh Anggota Bhayangkara adalah berubahnya karakter pada individu per individu dalam menjalankan tugas dengan pedoman dan figur dari pemimpinnya .supaya bisa merubah budaya informal yang tidak baik dan bisa menjadi agen perubahan POLRI dengan membuat budaya informal yang bernuansa yang baru pada unit yang akan dipimpinnya sehingga dapat meraih hati masyarakat dan memulihkan luka yang telah tertancap lama .

APAPUN yang dikatakan orang,percayalah gagasan dan kata-kata serta tulisan dapat mengubah dunia

Terima Kasih Pak Hoegeng. Perjuangan hidupmu tidak akan sia-sia